16 September 2018
Agenda kali ini ke Telaga Sarangan. Setelah semalam melewati udara yang dingin sampai kaca homestay kami berembun. Sekitar jam 8 setelah sarapan mie dan ngopi, kami berangkat ke Sarangan.
Sang jagoan membalik tulisan di pintu homestay, tadinya tulisannya isi, dia balik jadi kosong.
Saking asiknya menelusuri jalan, kami baru ngeh kalau ternyata kami salah jalan. Harusnya dari homestay tadi kami berbelok ke kanan, eee tadi malah lurus. Jalannya yang kami lewati juga cukup aduhai, cukup sempit, naik2 tapi pemandangannya cantiiikkk sekali. Sampai kami menyempatkan diri dan turun untuk berfoto ber 3. Wah kalau ini namanya nyasar membawa berkah. Setelah di cek di peta, ternyata kalau diteruskan bisa ketemu dengan jalan yang benar, hiii… yuk lanjut saja kalau gitu sambil jeprat jepret sana sini dan menikmati udara yang sejuk dan angin yang lumayan kencang.
Pemberhentian selanjutnya saat kami melewati Cemoro Kandang, sang jagoan sempat berfoto di depan tulisan Cemoro Kandang. Sambil turun, papa menjelaskan ke sang jagoan tentang apa arti tulisan 1800 mdpl.
Lanjut ke Sarangan, sampai di danau sekitar jam 9.30. Perjalanan dari Tawangmangu ke Sarangan dengan santai kira2 menghabiskan waktu 1 jam. Tiket masuk ke Telaga 19.000 untuk dewasa dan 9.000 untuk anak2. Cuaca lumayan panas. Berarti lain kali kalau ingin ke sini lagi, lebih baik datang lebih pagi, agar tidak terlalu panas dan ramai. Karena kami datang kesiangan, maka dapat parkir yang lumayan jauh dan panas.
Turun dari mobil langsung disambut penjual madu yang menawarkan madunya yang tersisa 3 botol. Katanya si itu madu hutan bukan yang di kasih makan gula. 3 botol sirup besar kami beli dengan harga 140.000. Cukup murah menurut kami. Bahkan beliau memberikan kertas yang berisikan nomor telpon, katanya kalau cocok dengan madunya bisa order lewat telpon. Tentu saja pas kami di Sarangan, hiiii….
Jalan sampai ke telaga, ternyata kalau hari libur begini rame luar biasa, banyak pedagang, banyak pengunjung, bahkan sampai macet di dalam. Tapi asik sih, bisa wisata belanja kalau pas hari libur gini. Baru sampai di pinggir telaga, sudah banyak pengemudi kapal dan pemilik kuda yang menawarkan jasanya. Kami memilih menaiki boat dengan harga 60 rb / 1 × putaran, 110 rb / 2× putaran dan 150 rb / 3× putaran. Dan itu merupakan harga resmi yang sudah dituliskan besar2 di pingir telaga. Yang harusnya semua boat harganya sama. Tiap kapal bisa diisi 4 penumpang dewasa (3 di belakang + 1 di depan) dan 1 pengemudi. Bahkan ada yang nekat diisi 5 penumpang dewasa (3 di belakang + 2 di depan) dan 1 pengemudi. Kalau penumpangnya anak2 bisa lebih banyak jumlahnya. Cukup murah saya rasa.
Papa memilih pengemudi yang mengenakan sarung tangan di tangan kanannya. Bagi papa itu bukan alasan yang sederhana bagi seorang pengemudi kapal. Dia menghindarkan kontak langsung dengan penumpang wanita. Beliaupun tidak menawarkan bantuan kepada saya, hanya menjaga di sekitar saya saja, tanpa menyentuh. Sebelum kapal dijalankan beliau mengajak salaman papa. Jadi seperti berakad di depan tentang resiko yang mungkin kami alami saat menaiki kapal beliau. Sepertinya itu semua sederhana, tapi sangat berarti buat kami. Semoga laris manis, dapat banyak penumpang ya pak.
Selesai naik 3x putaran, kami duduk2 di pinggir telaga sambil menikmati jagung manis rebus yang harganya 10 rb / 3 buah dan gorengan dengan harga 1.500 / pcs. Asiknya menikmati suasana telaga begini, sambil melihat beberapa pengemudi kapal yang berebut penumpang. Pengen nyari tempat nongkrong sambil makan sesuatu, tapi melihat penuhnya tempat makan di sekitar situ, perut jadi tambah kenyang. Kami juga membeli gantungan kunci dengan tulisan telaga sarangan dengan harga 10.000 / 3 pcs. Sang jagoan memilih gambar gajah, bintang dan gitar.
Kira2 setelah 2 jam di telaga sarangan, kami memutuskan untuk pulang. Mampir sholat dzuhur dulu di sekitar tempat parkir. Lanjut perjalanan dan berhenti untuk minum2 dan sang jagoan minta makan sate ayam. Kami menikmati makanan sambil melihat pemandangan. Sangat menyedihkan melihat hutan yang terbakar di daerah cemoro kandang. Dapat bonus 5 tanaman mawar @ 10 rb harga yang sama dengan di Semarang, dan buah strawberry untuk sang jagoan dengan harga 20 rb / wadah dengan berat kira2 1/4 kg. Sepertinya sudah jadi harga kesepakatan 80.000/kg. Jadi mau beli dimanapun di daerah Tawangmangu – Sarangan, harganya sama.
Kami melewati jalan yang berbeda dengan pas berangkat. Kali ini kami lewat jalur sebenarnya hiii, maksudnya jalan besar yang dilewati banyak mobil. Bukan jalan berangkat yang naik turun pas kami nyasar tadi pagi. Ternyata jalannya ada di bawah tebing yang tidak terlalu kokoh, jadi di beberapa titik harus berhati2 karena rawan longsor. Banyak cafe2 ramai juga yang ada di kiri kanan jalan.
Sampai di Solo jam 4.00, dan mampir ke D’Colomadu dulu sebelum pulang. Waahh ternyata bagus juga dalamnya, bersih dan rapi dengan beberapa OB yang standby menjaga kebersihan di dalam bekas pabrik gula aktif itu, bahkan toiletnya pun juga modern dan bersih.
Di tembok pabrik terpasang foto2 bagian pabrik sebelum dan sesudah direnovasi.
Banyak mesin2 pengolahan gula yang sudah dicat ulang. Ada lantai dan tembok yang sengaja tidak diperbaiki untuk menunjukkan keaslian bangunan aslinya.
Di dalam pabrik juga disediakan tempat makan dan cafe untuk sekedar nongkrong, tempat oleh2 dan souvenir khas Solo dan Colomadu seperti batik dan kaos. Banyak spot2 foto yang cocok untuk berselfie ria disana, seperti salah satu spot yang berisi koleksi barang2 jadul.
Halaman depan pabrik juga tak kalah bagusnya, rumput hijau dengan beberapa bangku taman. Ada tempat untuk pentas kesenian juga disana, seperti bermusik dan tari. Bisa berfoto dengan latar pabrik gula.
masuk di kawasan D ‘ Colomadu gratis, tanpa tiket masuk. Pengunjung hanya kena biaya parkir 6000 rupiah untuk 1,5 jam parkir mobil.
Pulangnya kami mampir makan bakso di daerah Boyolali. Baru sampai rumah jam 9 malam