Belajar Tanpa Harus Mengalami

Sangat bangga melihat sang jagoan yang dengan sabar setia ikut kami mondar mandir bolak balik dengan jarak 60 km lebih setiap harinya selama kurang lebih 2 minggu full. Melewati medan yang naik turun, belak belok serta macet di mana2. Kadang kami harus berangkat pagi2 demi memenuhi jadwal terapi, dan sang jagoan pun harus menyesuaikan itu semua. Ditambah lagi dia harus melihat orang yang disayanginya sedang sakit, dua orang pula. Kami bukannya pergi ke tempat wisata atau playground yang asik setiap harinya. Tapi ke rumah sakit.

Ya…. kami sedang diuji Allah melewati ini semua. Tidak hanya yang sakit yang sedang diuji, tapi juga menjadi pengalaman dan pembelajaran tersendiri bagi keluarga yang mendampingi. Apalagi untuk anak kecil seperti sang jagoan, anak berumur 7 tahun harus berkunjung ke tempat yang tidak asik buatnya. Bahkan beberapa orang tua, tempat tersebut sangat dihindari untuk anak kecil.

Sang jagoan rela menunggu sampai semua proses selesai setiap harinya. Tidak jelas berapa lama, kadang 1 jam, 2 jam bahkan sampai 3 jam lebih. Walaupun sekian amunisi sudah dipersiapkan di dalam tas bagongnya agar tetap asik menunggu, sesekali dibelikan barang2 kesukaannya hanya sekedar sebagai penghibur dan hadiah atas kesabarannya. Tapi tetap saja semua ini tidak mudah dia lalui. Rasa bosan dan capek tetap saja terlihat di wajahnya. Ada satu waktu dimana kami ngobrol tentang ini semua. Saya mengatakan padanya agar kita tetap kuat melewati ini semua tanpa mengeluh. Mama tahu ini tidak mudah buatmu. Tapi kita harus kuat nak. Kita masih beruntung hanya mengantar saja, tanpa merasakan sakit, tanpa mengeluarkan uang. Yang bisa kita lakukan hanya berdoa untuk kesehatan mereka dan belajar apa hikmah dari semua kejadian ini. Tidak hanya beliau, tapi juga kita. Kita cukup belajar dengan melihat tanpa harus mengalami.

Dari kejadian ini kami bisa mengambil pelajaran bahwa benar2 Allah memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hambaNya. Dengan biaya yang tidak murah, maka diberikan cobaan kepada orang yang mampu menanggungnya.

Bahwa kesetiaan teruji saat pasangan kita sedang sakit, sudah berumur sehingga dinilai banyak permintaan dan susah diatur.

Bahwa rejeki memang datang dan pergi sekehendak Allah. Sangat mudah bagiNya untuk memberi dan mengambil dengan cepat. Tidak perlu hitungan hari, tapi jam, bahkan menit. Tengoklah orang yang tiba2 sakit dan harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit, orang2 yang terkena musibah kebakaran, barang berharganya tiba2 hilang, apalagi kalau sudah membahas bencana alam. Kita benar2 bisa menyaksikan dengan jelas apa yang sudah kita tabung, kita kumpulkan dengan susah payah, hilang begitu saja. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan itu semua menimpa kita.

Mengajarkan padanya mengenai pelajaran berbakti kepada orang tua. Bagaimana melayani, menemani dan berbuat semaksimal yang kita bisa. Seperti pesan guru kami tercinta Bu Septi Peni Wulandani “Anak mungkin bisa salah mengartikan apa yang kita ucapkan, tapi anak tidak akan salah meng-copy”. Jadi tidak perlu banyak omong, banyak nasehat. Cukup lakukan apa yang terbaik yang kita bisa. Maka mereka akan secara otomatis menirukannya.

Kami sudah cukup bangga saat sang jagoan mengupas wortel, apel dan belimbing untuk menyajikan jus segar agar kakung dan putrinya tetap sehat, membawakan barang2 saat diajak berbelanja, mau mengerti bahwa putrinya tidak boleh menggendongnya, padahal dia sangat suka. Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan bangga untuk semua kehebatannya.

Maka kami sedang belajar untuk bisa bermanfaat untuk orang lain. Pertanyaan sederhana dari sang jagoan beberapa hari yang lalu “Ma, lava ada manfaatnya nggak?”. Saya sempat terdiam, dan menjawab “Ya ada lah, kan bisa bikin tanah subuh, menghasilkan pasir dan batu yang bisa diambil dan dimanfaatkan manusia, dll”. Kalimat penutup dari saya adalah “Kalau lava saja bermanfaat, apalagi kita manusia yang dikasih akal pikiran sama Allah. Harusnya bisa bermanfaat untuk orang lain juga”. Kalimat yang ditujukan tidak hanya untuk sang jagoan, tapi juga untuk saya sendiri. Benar2 menjadi orang tua tidaklah sederhana, tidak hanya mengajari anak, tapi kita juga bisa ikut belajar bersamanya.