Tantangan Penerapan Pendidikan Fitrah Seksualitas pada Beberapa Kondisi

Sebelum ke pembahasan fitrah seksualitas, baiknya kita memahami lebih dalam mengenai pengertian seks dan seksualitas. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural. Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. (sumber: renungan pendidikan 85)

Yaitu misalkan jika perempuan maka kenakanlah pakaian perempuan pada anak perempuan kita, jika laki-laki maka kenakan pakaian lelaki. Termasuk diantaranya peralatan ibadah, mainan anak, asesoris baju, cara berbicara, cara berjalan, dlsb Dalam membangkitkan fitrah seksualitas pada anak maka mutlak memerlukan kehadiran dan kedekatan kedua orangtuanya, yaitu bapak dan ibunya, tidak bisa hanya salah satunya.

Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas ini. Pertama, membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya. Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan. Kedua, mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya. Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya. Seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak. Ketiga, mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

Mendidik fitrah seksualitas memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui.

Usia 3 – 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun. Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan “saya perempuan” atau “saya lelaki”

Usia 7 – 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral. Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya.

Usia 10 – 14 tahun adalah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan. Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya. Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Usia >15 tahun merupakan usia aqil baligh, ini adalah tahap penyempurnaan fitrah seksualitas sehingga menjadi peran keayah bundaan. Ini adalah masa aqilbaligh dimana anak bukan lagi anak2 tapi mitra bagi kedua orang tuanya.

Sumber Pustaka :

http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-1.html

Beberapa tantangan yang kita hadapi saat ini misalkan LDM, single parent, orang tua sibuk bekerja maka;

Umur 0 – 2 tahun Dimana anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui. Apabila ternyata dimasa ini sang ibu tidak bisa membersamai anak maka kisah perjalanan masa kecil Rasulullah bisa dijadikan solusinya. Dimana anak bayi dipilihkan ibu pengganti sebagaimana kakek Rasulullah memilihkan sosok ibu yang mempunyai akhlak yang baik, beserta lingkungan yang baik juga untuk beliau.

Untuk usia 3 tahun – baligh apabila ternyata ayah atau bunda tidak dapat menjalani peran masing2 sesuai tahapannya maka bisa dicarikan pengganti misalkan paman, bibi, kakek, nenek atau bisa juga di masukkan dalam komunitas yang baik sehingga mendapatkan sosok figur pengganti yang baik.

https://steller.co/s/7mEAy5GEbLj

#fitrahseksualitas

#learningbyteaching

#bundasayangsesi11