Review materi dari kelompok 6 (Dwi Hastuti, Nurina Happy) Fitrah seksualitas: makna dan tantangannya

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki sejati atau perempuan sejati. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir. Dan kunci dalam menumbuhkan fitrah seksualitas adalah kehadiran dan kedekatan orang tua dengan anaknya dari lahir sampai masa aqilbaligh paripurna.

Menurut riset anak-anak yang tercerabut dari orang tuanya sejak dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, long distance mariage berkepanjangan, dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, mulai dari perasaan terasing, perasaan kehilangan kelekatan, sampai depresi. Kelak dewasa mengalami masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan, dsb. Ketika menjadi suami menjadi kasar, susah memahami perasaan istrinya, atau “ketergantung” dengan istri, tidak memiliki visi misi, dll. Ketika menjadi istri susah mengelola keluarga, kurang menghormati suami, dll.

Oleh karena itu, diperlukan kehadiran dan kedekatan orang tua pada tiap tahapan anak

Usia 0-2 tahun anak didekatkan dengan ibunya karna dalam masa ini ada proses menyusui.

Usia 3-6 tahun anak didekatkan dengan ayah dan ibunya karna pada tahap ini harus ada keseimbangan emosional dan rasional, terlebih harus sudah tahu identitas seksual dirinya sendiri sejak 3 tahun.

Usia 7-10 tahun anak laki-laki di dekatkan dengan ayahnya, anak perempuan didekatkan oleh ibunya.

Solusi dari masalah tidak terpenuhinya peran ayah atau ibu atau bahkan keduanya untuk anak-anaknya

1. Jika orang tua sibuk bekerja dan anak harus disekolahkan maka pilih sekolah dengan visi-misi yang sejalan dengan visi-misi orang tua. Selain itu, pilih sekolah dengan rasio guru laki-laki dan perempuan yang seimbang terutama saat usia dini.

2. Jika orang tua harus single fighter karna perceraian atau meninggal. Untuk yang mengalami perceraian maka orang tua tidak boleh mengambil hak anaknya untuk tetap bertemu dengan orang tuanya. Orang tua berusaha tetap kompak di depan anaknya. Untuk pasangannya yang meninggal, ustad Harry pernah berpesan untuk segera mencari pasangan penggantinya. Peran ayah atau ibu tidak bisa digantikan oleh peran nenek atau kakek meskipun berjenis kelamin sama. Ayah adalah ayah bagi sang anak.

3. Jika orang tua harus menjalani long distance relationship maka orang tua perlu merenungkan kembali akan dibawa kemana pendidikan fitrah seksualitas anak-anaknya. Bagaimanapun anak harus tetap memperoleh haknya untuk mendapatkan kehadiran dan kedekatan dari kedua orang tuanya. Bu Elly Risman pernah mengatakan tidak ada quality time tanpa quantity time. Jadi, orang tua memang perlu memberikan waktu khusus untuk bertemu, bercengkrama, berpelukan, dll pada anaknya.

4. Jika anak harus didampingi oleh orang lain, baik itu baby sitter, asisten rumah tangga, kakek nenek, atau yang lain maka perlu adanya kesamaan visi-misi antara orang tua dengan pengasuh atau setidaknya tidak berbeda secara signifikan.

5. Mendampingi anak di era digital maka orang tua pun harus banyak belajar tentang hal update yang terjadi saat ini. Membekali anak dengan gagdet pun harus disertai dengan tanggung jawab akan batasan waktu dan konten.

#fitrahseksualitas

#learningbyteaching

#bundasayangsesi11

Sumber lain yang ditemukan

https://www.muslimahzone.id/fitrah-sexualitas-anak

https://sofianaindraswari.com/mempersiapkan-calon-ayah-mendidik-fitrah-seksualitas-anak-laki-laki