4 Agustus 2018
Hasil lampion yang benangnya sedikit ternyata nggak bagus. Penyok dan susah diambilnya. Nggak bagus seperti bikinan papa kemarin. Padahal kami sudah membuat lumayan banyak lampion dengan benang yang sedikit. Kami pikir, tinggal membuat beberapa lampion lagi untuk besok, kalau kondisinya peyok gini, ya tepaksa bikin lagi yang lebih banyak.
Harus tetap semangat !!!
Kami membuat lampion seharian, Sang jagoan juga tidak mau kalah. Dia juga ikut2an membuat lampion juga. Lalu memajang lampion yang sudah jadi, yang gagal, penyok dan kurang benang juga.
Ini hasil jadinya. Lampion karya sang jagoan, penyok karena kurang lem dan benang.
Sekalian promosi kalau besok playdatenya ini. Undangan ke ibu2 se RT juga sudah dikirim. Istirahat membuat lampion, waktunya memasang peta Indonesia, membuat dadu dari kardus, malah dapat ide dari sang jagoan untuk memasukkan lonceng di dalam kardus, jadi pas di lempar, dadunya ada suaranya.
Sore sang jagoan main di luar, nggak lama dia pulang ngajak teman2nya, trus ular tangganya dikeluarkan. Ternyata banyak anak2 yang antusias bermain, dari hanya beberapa anak saja yang bermain, lama2 jadi tambah banyak anak yang lewat dan tetarik ikut bermain. Sekitar 8 anak ikut bermain ular tangga sore itu. Sayapun jadi ikut keluar, membantu anak2 yang masih belum ngerti bermain ular tangga, bahkan ada yang belum bisa mengurutkan angkanya. Kami melayani mereka semua. Mainan selesai jam 5.15. Siap2 sholat. Dilanjutkan setelah sholat maghrib.
Ternyata kekhawatiran saya tidak terjadi. Anak2 tetap bahagia bermain, tidak perduli ularnya terbalik atau angkanya nggak urut. Semuanya bahagia. Banyak belajar lagi dari anak2, bahagia itu sederhana, tidak perlu banyak syarat dan aturan yang bermacam2. Bermain saja dan bahagia. Malah yang banyak protes adalah orang tua2 mereka.
Anak yang menang dapat hadiah 1 kotak susu. Hadiah yang sederhana, tapi membuat mereka senang. Tidak disangka yang menang adalah anak yang paling kecil yang ikut bermain.
Setelah maghrib anak2 berkumpul lagi, melanjutkan bermain ular tangga. Kali ini tambah banyak anak yang ikut sekitar 13 anak yang ikut, sampai lumayan lama antrinya walaupun sudah 2 mmt ular tangga yang dikeluarkan, kelompok cowok dan cewek, tapi sayang dadunya hanya 1. Kemeriahan ditambah dengan musik yang di mainkan.
Waktu adzan isya’ anak2 berhenti bermain dan melihat film menggunakan mini proyektor kami. Kali ini film, tentang sciene, Nous.id. Tapi banyak anak2 yang tidak terbiasa melihat, jadi suasana lumayan ricuh. Dari sini kami jadi banyak tahu tentang anak2 tetangga, ada yang pendiam, minder, ada yang dominan, mengatur dan membuat suasana menjadi ricuh, ada anak yang terbiasa berbuat curang, walaupun hanya sekedar permainan ular tangga yang hadiahnya hanya makanan seharga 500an dan susu. Ada anak yang serakah, saat disajikan susu, ada yang meminum 3 kotak sekaligus, bahkan dia masih menyembunyikan beberapa.
Ada yang minta diganti filmnya, ada yang minta disetelkan film kartun, ada yang minta di setelkan film tentang nabi2. Saya hanya berkata kalau filmnya itu disimpan di flashdisc, dan isinya cuma film itu saja. Untuk film tentang nabi, tidak kami sediakan, karena yang ikut bermain tidak semuanya muslim, jadi harus adil. Ada juga yang protes minta diganti lagunya, karena lagunya cuma kami setelkan 1 lagu saja. Benar2 kami mencoba mendengarkan celoteh anak2 dengan sabar. Kemuliaan anak2 bahkan orang tua di pertaruhkan dengan sikap anak2 mereka sendiri. Sangat tidak pas antara sikap anak2 dan sosok orang tua mereka.
Ada yang orang tuanya adalah sosok orang soleh, anaknya terbiasa curang, dia mengeset agar dadunya pas dilempar angkanya keluar sesuai dengan angka yang dia mau.
Ada yang orang tuanya seorang pekerja keras, tapi anaknya serakah, sampai menyembunyikan susu untuk dirinya, padahal anak2 yang lain hanya mengambil susu 1 kotak saja. Belum lagi diaa meminum susu langsung 3 kotak.
Ada anak yang suka merengek dan sedikit2 mengadu mencari perhatian karena mungkin kurang kasih sayang dan sering ditinggal orang tuanya bekerja.
Bahkan ada anak yang sangat luar biasa, dia pintar dan terpaksa dewasa, mungkin karena dia harus menjaga adiknya yang masih kecil.
Pelajaran besar buat kami sebagai orang tua, bagaimanakah kami mendidik anak kami, apakah sudah benar? Kami jadi introspeksi, apakah anak kami sudah baik kelakuannya, terutama saat dia di luar sana tanpa kami.
Ini semua membuat kami semakin yakin bahwa belajar adab, sopan santun untuk sekarang ini jauh lebih penting daripada hanya sekedar calistung. Seperti perkataan guru kami tercinta, “anak mungkin tidak mengerti apa yang kita omongkan, tapi mereka tidak akan pernah salah meng copy”.
Acara selesai jam 8 lebih. Rencananya dilanjutkan dengan acara bapak2 mau menghias gang. Papa ikut kerja bakti dan saya meneruskan membuat lampion sendiri. Karena kalau dihitung, kalau semua anak datang maka lampion yang bagus2 masih kurang. Saya meminta sang jagoan untuk segera tidur. Karena besok dia akan jadi panitia, maka harus bangun pagi. Saya bilang padanya kalau boleh milih sebenarnya mama juga pengen tidur, capek dan ngantuk. Tapi karena lampionnya masih kurang, maka mama juga harus membuat lampion lagi, jangan sampai besok ada anak yang kecewa sudah nyempetin datang tapi nggak kebagian lampion. Dia mau mengeri dan akhirnya mau tidur juga.
Papa pulang jam 12an, dan kami membuat lampion ber 2. Saya bertugas ngelem, papa melilit benang. Target kami 30 benang harus habis. Alhamdulillah semua lampion selesai jam 3.30 an.