9 Januari 2019
Pagi2 sudah check out dari hotel. Berharap bisa sampai di Prabumulih masih terang, karena konon katanya lewat di jalan lintas sumatera itu adalah sebuah petualangan tersendiri. Beberapa kali membaca cerita tentang jalan lintas sumatera tuh menantang banget. Banyak pesan kalau perjalanan harus siang, saat masih terang, jangan coba2 melakukan perjalanan di saat jalanan masih gelap. Hiiiii…. agak serem juga si.
Bismillah, berangkat menuju Prabumulih, sambil menikmati pemandangan kanan kiri. Kalau sekilas si nggak banyak berbeda dengan di Jawa. Pokoknya BBM harus full terus, kalau sudah turun 2 bar, langsung isi full lagi. Karena kami masih belum tahu kondisi di sini.
Kanan kiri banyak kebun singkong, bener banget kalau pabrik tepung tapioka banyak di sini. Perumahan penduduk juga sudah banyak, dan ada perkebunan karet dan kelapa sawit juga di sini. Ternyata jalan tol belum di buka, jadi kami melanjutkan perjalanan melewati jalan lintas sumatera ini. Berpegang dengan GPS hp, pokoknya terus jalan. Sampai di daerah Kota Bumi, kami mengikuti GPS agar mendapatkan route terpendek, tidak lewat jalan lingkar seperti mobil2 yang lain.
Itulah awalnya kami tersesat. Awalnya memang benar, walaupun jalannya agak sempit, tapi banyak bis Jakarta – Lampung yang lewat di sini. Masih selalu mengandalkan GPS, sampai akhirnya kami melewati jalan sempit yang kanan kirinya hanya perkebunan karet dan kelapa sawit. Sempet panik juga, karena tidak ada perumahan penduduk yang ditemui, jalanan sempit, rusak di sana sini, tapi kalau menurut GPS, ini adalah jalan yabg benar. Terus saja, sampai akhirnya kami sampai di jalan buntu, signal tidak ada, GPS mati. Lengkap sudah,,…
Alhamdulillah saat itu kami bertemu dengan perumahan penduduk. Setelah berhenti dan mengecek GPS, sudah dari tadi hp nggak dapat signal, jadi petanya sudah nggak benar dari tadi. Papa akhirnya turun untuk bertanya kepada penduduk sekitar. Ternyata kalau jalan kecil ini diteruskan, kami bisa sampai ke Prabumulih. Kira2 1 jam sejak kami bertanya, baru kami sampai di jalan besar lagi. Alhamdulillah, rasanya seneng banget melihat marka jalan dan ketemu dengan bis lintas sumatera lagi. Plong rasanya. Benar2 tingkat keimanan meningkat seketika, karena benar2 pasrah, tersesat, di tempat asing, sepi, tanpa GPS.
Langsung tarik napas, menghilangkan kepenatan dengan membeli rambutan yang banyak dijual di sepanjang jalan, di depan rumah2 penduduk. Murah kok, cuma 5 ribu untuk 1 ikat rambutan yang lumayan manis. Setelah ngecek2 peta lagi, ternyata kami tadi tersesat di daerah Way Kanan…
Perjalanan lanjut lagi, agak penasaran karena kalau melihat peta, jarak ke Prabumulih tidak jauh, tapi kenapa waktu tempuhnya lama ya….? Terjawab sudah, ternyata jalanannya banyak yang rusak. Hari sudah mulai gelap, jalanan tambah sepi, hampir tidak ada kendaraan lain yang melintas, hanya sesekali saja ketemu dengan truck pengankut kelapa sawit, dan sangat jarang melewati perumahan penduduk. Mau menginap juga tanggung, akhirnya tetap lanjut. Yang seru adalah kami sempet ketemu dengan kereta babaranjang (batu bara rangkaian panjang) yang konon katanya sampai 40 gerbong dengan lokomotif sampai 2 – 3. Benar2 panjang dan lama menunggu kereta itu selesai melintas.
kira2 seperti ini kereta babaranjang yang kami temui
Akhirnya, sekitar jam 7 malam kami benar2 sampai di Prabumulih juga, yeaaayyy…. kami benar2 merasakan kalau pulau sumatera itu luas. Dan kami sudah disambut oleh tuan rumah yang luar biasa….
Omah Project !!!
Sudah disediakan berbagai macam kuliner yang khas, dan tentu saja kehangatan yang luar biasa. Sang jagoan langsung klik dengan personil Omah Project, sama2 suka dinosaurus. Bahkan beberapa buku yang mereka punya sama persis. Ngobrol sana sini sampai larut malam dan langsung beristirahat. Ngobrol2nya dilanjut besok pagi lagi.