24 November 2018
Setelah agak deg2an karena sebenarnya kami baru saja pulang dari jember hari jum’at subuh mengantar takziah mbah. Padahal kami belum packing sama sekali. Ditambah baju2 yang seharusnya kami bawa ke banjarmasin harus dicuci dulu setelah dipakai ke jember kemarin. Semoga Allah memudahkan setiap prosesnya. alhamdulillah semuanya seperti sudah diatur, ditata dengan sempurna. Berangkat ke Jember hari selasa pas ashar, sampai di sana rabu pagi, langsung ke kampung halaman mbah, mengenalkan sang jagoan pada saudara2nya, sekaligus ke makam kakek – nenek buyutnya. Masih berkesempatan silaturrahim ke rumah om Citra untuk bertemu dengan bapak mertua. Qadarullah sang jagoan sempat panas tinggi dan akhirnya kami memutuskan tidur di hotel di daerah Jember kota agar sang jagoan bisa istirahat.
Kamis pagi meluncur pulang setelah menjemput mbah di rumah kakaknya. pas perjalanan pulang, kami memutuskan untuk mampir di Ponorogo dulu. Sekalian takziah keponakan papa yang baru saja meninggal beberapa hari yang lalu. Ngobrol sebentar, sekitar jam 11 malam, kami meluncur pulang. Kali ini lewat Wonogiri yang jalurnya lebih pendek. Kami masuk rumah sudah hampir subuh. Mencuci sebagian baju dan istirahat. Siangnya keluar lagi untuk membeli oleh2.
Hari sabtu yang sudah lama dinanti2 sang jagoan, selangkah lagi impiannya untuk pergi ke tambang batu bara segera terwujud. Walaupun sebenarnya baginya tidak terlalu penting melihat tambang batu bara nya. Yang paling menarik baginya adalah melihat langsung dan berfoto dengan truck dump yang super duper besar. Semoga setelah ini, papanya tidak akan bingung lagi menjawab pertanyaannya kenapa kok pas dulu papanya kerja di tambang dan berkesempatan foto dengan truck besar, dia nggak diajak. Karena sekarang dia bisa melihat sendiri truck yang menemani papanya foto itu. Alhamdulillah ada keluarga Perak yang bekerja di tambang batu bara. Jadi kami diperbolehkan untuk berkunjung melihat tambang di daerah Tabalong.
Pesawat kami jam 08.10, jadi kami berangkat dari rumah jam 5.30. Agak lama kami menunggu di bandara. Tapi jauh lebih aman, daripada beresiko terlambat. Hikmahnya, sang jagoan dapat pelajaran membaca tiket pesawat dan mencocokannya dengan layar yang ada di bandara. Mencari nama pesawat kami, tujuan, jam dan kami harus masuk lewat gate mana. Lebih mudah menerangkan kepada sang jagoan kali ini, karena sang jagoan sudah bisa membaca sendiri.
Pesawat kami mundur sekitar 15 menit. Baru sekitar jam 08.30 pesawat kami berangkat. Alhamdulillah perjalanan kami lancar. Ini adalah pertama kali bagi saya dan sang jagoan menginjakkan kaki di pulau Kalimantan.
Kali ini sang jagoan dapat pelajaran membaca tiket pesawat dan mencocokannya dengan layar yang ada di bandara. Mencari nama pesawat kami, tujuan, dan kami harus masuk lewat gate mana. Pesawat kami mundur sekitar 15 menit. Baru sekitar jam 08.30 pesawat kami berangkat. alhamdulillah perjalanan kami lancar. Ini adalah pertama kali bagi saya dan sang jagoan menginjakkan kaki di pulau Kalimantan.
Sesampai di bandara, pak Rian dan putranya, Bilal sudah menjemput kami. Keluarga beliaulah yang akan kami repoti untuk beberapa hari ke depan. Kami diajak makan siang dengan makanan khas Banjarmasin, yaitu soto banjar. lengkap dengan ayam gorengnya. Perjalanan berlanjut ke rumah beliau di Tanjung Tabalong. Butuh waktu sekitar 5 – 6 jam untuk ke sana. okey, waktunya menikmati perjalanan.
Sang jagoan menulis cerita perjalananny di buku agendanya
Sepanjang perjalanan, kami melihat rumah pangung khas Kalimantan. Bagunan di atasnya ada yang dari kayu dan ada juga tembok yang rata2 terbuat dari bata ringan, tapi tetap saja kebanyakan lantai panggungnya terbuat dari kayu. Bahkan ada beberapa rumah yang dipasang ubin diatas lantai kayunya. Kalau tampak depan, ada beberapa rumah tampak seperti rumah di jawa. Tapi saat melihat ke belakang, baru terlihat panggungnya. rata2 atapnya pun terbuat dari asbes dan sejenisnya. Mungkin agar bangunan tetap ringan, karena rumahnya adalah rumah panggung. Kebanyakan rumah berdiri di sekitar sungai atau rawa, karena memang karakteristik tanah di Kalimantan adalah rawa dan sungai.
Kami pun melihat di halaman beberapa rumah ada makam yang tidak banyak jumlahnya. Tidak seperti di Jawa yang mengharuskan makam terpusat. Ada cerita juga dari pak Rian, kalau di daerah yang kami lewati ini, sangat ramai kalau pas peringatan maulid nabi, lebih ramai daripada lebaran. Banyak yang saling mengunjungi, open house di mana2 dengan hidangan yang beraneka rupa. Bahkan katanya, perayaan ini bisa sampai 1 bulan lamanya. Wuahhh luar biasa, beda daerah, maka beda pula kebiasaannya. Sudah ramai rumah disepanjang jalan antara Banjarmasin dan Tanjung Tabalong. Jadi cukup aman untuk melakukan perjalanan dengan mobil pribadi di daerah ini di waktu siang. Tidak seperti yang diceritakan kebanyakan orang kalau di luar Jawa, daerahnya tidak aman untuk dilewati.
Kami sampai di rumah Ulin hampir maghrib, ternyata di rumah Ulin memelihara kucing, lumayan banyak juga sih. Walaupun sang jagoan sebenarnya takut kucing, tapi karena di sana banyak kucing, jadi sang jagoan berusaha menyamankan diri disana. Kami ngobrol sebentar dan makan malam soto banjar lagi. Tapi kali ini dengan lauk sate kijang. Baru pertama kali juga sih… kalau menurut saya, teksturnya agak keras, jadi mengunyahnya juga harus lebih sabar.