3 Agustus 2018
Pagi2 lihat lampion yang dibuat papa kemarin, lo kok balonnya kempes dan lampionnya mengkerut begitu. Waduh…. sepertinya gagal lagi ni lampionnya. Tapi setelah balonnya diambil dan lampionnya di rapikan, lampionnya terlihat bagus. Alhamdulillah berhasil. Jadi semangat bikin lagi.
Harus belanja benang lagi ni, pagi2 kami jalan membeli benang, ternyata banyak toko yang tutup. Jadi saya dan papa ke pasar. Kali ini sang jagoan lebih memilih di rumah melihat youtube. Di pasar juga masih sepi, akhirnya ketemu 1 toko yang menjual benang. Kami membeli benang 30 biji. Pengennya tadinya cuma yang warna terang saja, tapi daripada nyari toko lain lagi belum tentu buka juga, ya sudah akhirnya kami membeli seadanya, termasuk yang warna gelap.
Pulangnya mampir di toko bangunan, beli lem kayu 2 bungkus. Siap berkarya….. Sampai di rumah langsung eksekusi, memompa balon dan melilitkan benang disekelilingnya. Kali ini kami mencoba membuat dengan cara singkat. Tidak seperti yang sudah papa buat kemarin. Papa kemarin membuat dengan menghabiskan 1 roll benang untuk 1 lampion. Karena capek melilit2nya, saya mencoba dengan lebih sedikit lilitan. Waktunya digantung dan ditunggu sampai kering. Oke, sepertinya berjalan lancar.
Siangnya sang jagoan dan papa pergi sholat jum’at. Pulangnya sang jagoan membawa bungkusan nasi dan teh sedekahan. Dia langsung bercerita kalau tadi banyak anak2 yang berebut makanan dan teh, dan sang jagoan diam saja. Tapi katanya tahu2 ada anak yang lebih besar memberikan teh kepadanya. Kami mengartikan kejadian itu sebagai rejeki yang diantar. Kalau memang sudah di takdirkan Allah untuk dapat rejeki, walaupun kita diam saja, maka rejeki itu datang dan diantar. Sebuah pembelajaran hidup buatnya dan buat kami tentunya. Sekaligus mengajarkan kepadanya bahwa ada anak yang hebat, mau berbagi barang yang dia punya ke orang lain. Bahwa anak itu sengaja mengambil 2 bungkus untuk diberikan ke anak lain yang tidak ikut berebut. Anak yang hebat…. siapapun dia, semoga dia jadi anak yang sholeh, dan dimudahkan dalam menggapai cita2nya.
Malamnya kami mengambil MMT cetakan yang kami pesan kemarin 2 ular tangga, dadu dan peta Indonesia. Sampai di rumah dibuka, ternyata gambar ularnya terbalik, kepalanya di atas. Yo wes lah nggak papa, nanti di jelasin ke anak2. Pas dilihat lagi ternyata angkanya loncat2, harusnya urutannya mengular urut terus. Eee ini malah angka sebelasnya ada di atas angka 1, angka 21 diatas angka 11. Tambah lemes rasanya. Tapi masak mau nyetak lagi, sudah tidak ada waktu. Saya sempat berfikir bagaimana kalau angkanya di tutup kertas saja. Tapi kata papa, nanti gambar ular dan tangganya malah kepotong. Iya juga si. Yo wes lah, sudah terlanjur. Nanti saja kalau yang ini rusak, baru nyetak lagi yang benar.