Bahan Pembelajaran Sang Jagoan 2
3. Stock
Menghitung stock barang yang tersisa (riil) setiap hari di lakukan juga oleh sang jagoan. Stok tersebut dicocokkan dengan catatan buku dan aplikasi hp. Untuk masalah cek dan ricek masih banyak di bantu papa. Waktunya terserah sang jagoan. Apakah mau malam sebelum tidur dengan konsekuensi warung tutup lebih awal karena jam 9 waktu nya dia masuk kamar. Atau mau keesokan harinya sebelum buka warung. Kami hanya menyesuaikan kemauannya saja.
Di Minggu Minggu pertama banyak drama yang terjadi. Hampir setiap malam kami ribut tentang ini. Mulai dari kelamaan menghitung yang menyebabkan freezer jadi terbuka terlalu lama, jadi es krim nya rawan lumer. Sampai kelupaan jumlahnya. Tadi berapa ya? Dan ujung ujungnya harus menghitung ulang. Belum lagi kalau sang jagoan sudah mengantuk, jadi lebih sering salah.
Belajar manejemen stock sederhana di warung kecil mungkin bagi sebagian orang terlalu berlebihan. Tapi bagi kami, semumpung masih kecil, maka belajarnya jadi lebih mudah.
Semoga kalau di warung kecil ini bisa lolos, bisa bersiap dan melayakkan diri untuk warung yang lebih besar. Aamiin….
Apa sih yang kami ajarkan kepada Titan tentang pelajaran stock ini.
Ya sesederhana menghitung jumlah barang yang benar2 ada di freezer, dicocokkan dengan catatan stocknya.
Kapan harus kulakan lagi,
Mengevaluasi varian apa yang laku dan tidak,
Apakah perlu menambah varian baru atau sudah cukup.
Semua harus disesuaikan dengan kondisi keuangan, jangan gara2 emosi pengen semua varian di beli malah ujung-ujungnya uang cash habis.
Mempermudah pengecekkan selanjutnya dengan menstandarkan berapa jumlah per kotak nya, mau 20 untuk yang kecil-kecil, 15 untuk yang besar. Selebihnya di simpan di bawah.
Menata dengan rapi dan searah, dengan posisi tulisan menghadap ke arah pelanggan.
Stock yang tinggal sedikit diganjal dengan barang lain yang masih banyak stocknya. Agar tetap terlihat penuh dan mudah di ambil.
Mengelompokkan es krim sesuai dengan harganya agar pelanggan lebih mudah menentukan es krim mana yang akan dibeli, disesuaikan dengan budgetnya.
4. Servis excellent
Service excellent, papa nya sering menyinggung mengenai itu. Apa siihhh, makanan, minuman atau makhluk apakah sebenarnya dia? (Jangankan Titan, emaknya saja masih banyak melongo )
Sudah ah, nggak usah kebanyakan nginget inget arti nya. Tapi langsung praktek aja. Tapi yang sederhana, nggak ribet. Ingat yang belajar anak 10 tahun.
Agak susah memang mengajarkan simpati, empati, tanggap, melayani dengan sepenuh hati, bahkan sampai tahap respect the others.
Lingkungan sekitar dan tontonan menyuguhkan sesuatu yang tidak seharusnya. Serasa dunia sudah terbolak balik di saat melihat teman dalam kesusahan bahkan menderita malah ditertawakan bukan berlomba-lomba untuk memberi pertolongan.
Nggak percaya ini terjadi di sekitar kita?
Apa yang biasanya dilakukan anak-anak bahkan orang dewasa saat ada teman nya terpeleset?
Ditambah “gaya jatuhnya” yang aneh?
Hayoooo… Pasti langsung spontan ketawa kan?
Bukannya langsung otomatis menghampiri dan menolong.
Tontonan yang ada juga nggak kalah, video yang mempertontonkan “celakanya” orang lain, pasti viewer nya banyak, “semakin celaka, semakin banyak yang nonton” .
Yang lebih aneh lagi, bahkan ada yang malah sengaja merekam “celakanya” diri sendiri demi mencari viewer yang banyak.
Nah pelajaran “service excellent” nya nggak usah ribet ribet, mengasah rasa empati dan simpati diantaranya.
Kenapa harus melakukan ini dan itu?
Kenapa nggak boleh ini dan itu?
Wuih ribet banget sih…..
“Protes” terkadang muncul di wajah sang jagoan. Saat kami memintanya melakukan sesuatu. Tapi dia paham benar di saat ada orang lain, pelanggan dalam hal ini, protes nya di simpan dulu, nanti kalau kita sudah ber 3, pelanggan sudah pergi, baru kita bahas.
Pantang bantah bantahan dan adu argumen di depan pelanggan.
Bukan berarti protes itu tidak boleh, tapi ada tempat dan waktunya.
Pelanggan itu adalah orang yang sengaja datang ke rumah kita, mengantarkan rejeki untuk kita. Kita hanya cukup duduk-duduk di rumah menunggu mereka datang.
Nggak patut kan kalau kita tidak melayaninya dengan baik?
Jangan sampai mereka kecewa, yang ujung-ujungnya bisa tidak ikhlas memberi uang ke kita.
Padahal uang itu kita belanjakan, jadi makanan, masuk ke tubuh kita, mengalir di seluruh tubuh kita.
Terus kalau sampai mereka nggak ridho gimana?
Hadeuh… Bisa di ribet urusannya.
Menghadapi bermacam-macam pelanggan memang sudah menjadi konsekuensi. Ada yang baik dan sabar, ada yang keburu-buru dan banyak mengomel, ada yang balita, ada juga yang lansia. Komplit.
Ada anak yang datang pengen es krim tertentu tapi uang yang dibawanya kurang. Seketika wajah cerianya berubah. Kami meminta Titan untuk memberikan es krim yang dia mau.
Bisa jadi dia berlari dari rumah dengan semangatnya, membayangkan menikmati segarnya es krim yang dia mau. Apa jadinya kalau sampai es krim yang dia pengen tidak jadi terbeli?
Coba bayangkan kalau itu terjadi padamu, apa yang kamu rasakan? Apa yang kamu harapkan di situasi seperti itu?
Mengingatkan kalau ada anak yang membeli es krim berkali-kali dalam sehari. Yakin diperbolehkan orang tuanya, yakin nggak papa?
Menawarkan kantong untuk pembeli yang terlihat kesulitan membawa es krim.
Menyalakan lampu freezer saat pelanggan kesulitan memilih karena hari mulai gelap.
5. Cara kerja runut dan sistematis
Belajar bekerja cepat, runut dan sistematis. Karena kami bekerja dengan barang yang mudah lumer, maka kami melatihkan untuk bisa bekerja dengan cepat.
Bergegas tapi tidak terburu-buru.
Runut sesuai urutan rak, jangan lompat-lompat yang ujung-ujungnya bisa bikin pusing sendiri.
Dihitung per 2 pcs es krim agar kerja lebih cepat.
Sumber Artikel
Author: selfiaety