Kalimantan Selatan hari 4 (Banjarmasin)

27 November 2018

Alhamdulillah anniversary kami yang ke 16 kali ini bisa kami lewatkan bersama di Banjarmasin.

Pagi ini jadwal kami pergi ke pasar apung. Setelah semalam sudah booking dan DP perahu untuk mengantarkan kami ke pasar apung di deket sungai barito. Berangkat dari hotel setelah sholat subuh, langsung ke rumah pemilik kapal. Ternyata rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari dermaga.

Selama perjalanan menuju pasar, kami melewati pemandangan yang tidak biasa. Banyak orang2 yang tinggal di sepanjang sungai memanfaatkan sungai untuk kebutuhan sehari2 seperti mandi, mencuci, buang air, bahkan gosok gigi; walaupun sungainya tidak lagi bersih, warna sungainya kecoklatan dan banyak sampah yang hilir mudik lewat.

Menurut kami, orang2 di sana sangat hebat, mereka tetap sehat2 walaupun lingkungannya tidak lagi bersih dan banyak sampah di bawah rumah mereka.

Banyak juga penggergajian kayu di sepanjang sungai, kayu2 super besar yang tidak biasa di temukan di pulau Jawa, ada di sana. Banyak juga kayu yang direndam di sungai, jumlahnya lumayan banyak.

Perjalanan kurang lebih 15 menit, kami sudah sampai di pasar apung. Memang sih tidak terlalu ramai, tidak terlalu banyak penjual dan pengunjung yang datang karena ini bukan weekend. Tapi cukup lah mengobati rasa ingin tahu kami tentang pasar apung yang ternyata benar2 ada. Melihat pedagang baik ibu2 atau bapak2 yang mendekati perahu pengunjung untuk menawarkan dagangannya. Bahkan banyak dari mereka masih menggunakan perahu tradisional dengan dayung kayu, tanpa mesin. Barang yang dijual juga bermacam2. Ada buah, sayur dan makanan.

Hari ini yang kami lihat menjual makanan hanya 1 kapal saja. Beliau menjual soto banjar, sate dan sop. Harganya pun tidak terlalu mahal untuk menikmati sensasi makan di perahu samhil bergoyang2 kalau ada kapal lain mendekat. Kami memesan 2 porsi soto, 1 porsi sate ayam, 1 porsi sop, teh hangat dengan harga 86.000.

Sedang enak2nya menikmati soto banjar di atas kapal, ada pemandangan sampah yang lewat di depan kami. Sayang sekali sungai barito yang sangat luas dan digunakan untuk lalu lintas dan sumber mata air masyarakat tapi airnya coklat, dan banyak sampah yang mengapung di sana.

Soto habis, perut kenyang dan sudah membeli buah kasturi sebagai oleh2 khas kalimantan, kami pun kembali ke dermaga lagi. Tapi saat perjalanan pulang, ada sesuatu yang menarik. Ada kapal yang menarik batu bara, papa langsung meminta pemilik kapal untuk mengantarkan kami mendekati kapal itu. wuaaah, ini yang diceritakan pak Rian kemarin, batu bara dari tambang diangkut menggunakan kapal.

Wisata pasar apung selesai, saatnya menjelajah di daerah sekitar Kalimantan. Selanjutnya menuju ke menara pandang Banjarmasin di pinggir sungai Martapura. Konon katanya dari atas menara kita bisa melihat pemandangan kota Banjarmasin. Tapi sayang, menara sedang di renovasi, jadi pengunjung tidak diperbolehkan naik ke atas. Di sepanjang sungai ada tempat yang cocok untuk jogging, dan menikmati pemandangan sambil duduk2 bersantai di kursi yang banyak disediakan di sana. Banyak pohon2 rindang dan tersedia juga taman bermain untuk anak.

Karena sang jagoan sudah ngantuk dan kecapekan, maka kami pun pulang ke hotel dulu dan dilanjutkan jalan lagi setelah dzuhur.

Tujuan kami selanjutnya adalah museum Waja Sampai Kaputing yang merupakan museum perjuangan rakyat Kalimantan Selatan. Bentuknya rumah banjar yang berisi dokumentasi perjuangan jaman dahulu. Tiket masuk ke museum ini sukarela, namun sayang, museumnya sepi. Saat itu hany kami saja pengunjungnya. Mungkin kalau tiap museum di rancang lebih menarik, mungkin lebih banyak pengunjung yang akan datang.

Lanjut wisata kuliner di tepi sungai Martapura juga. Kali ini kami memilih makan di Rumah Silaturahim Jukung Julak. Tempatnya cukup asik untuk menikmati olahan ikan khas Kalimantan. Ada pepes ikan patin dan ikan haruan bakar. Ditambah sayur talas.