18 Oktober 2019
Alhamdulillah akhirnya kesampaian kami menjelajah kota Banyuwangi. Walaupun hanya satu pojok nya saja. Berawal dari kabar yang mengharuskan kami mengunjungi bapak mertua di Bondowoso, dan karena jarak Bondowoso – Banyuwangi tidak jauh (alasan – red) maka kami melanjutkan perjalanan sekalian.
Berangkat dari rumah hari jum’at malam, berencana naik bus langganan kami. Belum pernah sebelumnya kami melakukan perjalanan weekend naik transportasi umum tanpa membeli tiket sebelumnya. Wuiiihhh ternyata ramai juga. Saat kami tiba di pemberhentian bus, sudah banyak calon penumpang di situ, tambah lama tambah banyak, sedangkan bus nya nggak datang2. Sejak awal papa sudah pesan, nanti kalau naek, langsung pilih tempat duduk yang ber 3 kosong, langsung duduk saja, nggak usah kebanyakan mikir dan pilih2. Malah nanti nggak kebagian tempat duduk.
Ternyata setelah bus datang, jangankan milih tempat duduk, dapat saja tidak. Kami harus berdesakan dengan penumpang lain untuk naek ke atas bus. Luar biasa, apalagi untuk sang jagoan. Ini pengalaman pertama baginya. Anak kecil di tengah2 orang dewasa. Sampai di atas bus, ada bapak2 yang bersedia memberikan tempat duduknya untuk saya. Langsung sang jagoan saya minta duduk. Tanpa kami, sebelahan dengan orang asing. Awalnya dia tidak mau dan hampir menangis, tapi kami jelaskan kalau dia berdiri akan jauh lebih susah. Belum lagi dia sering kena tas orang yang berdiri di sebelahnya, karena saking penuhnya, sampai berdiri pun susah. Apalagi sambil bawa tas besar. Tapi mau gimana lagi, namanya juga naek angkutan umum, bus ekonomi pula. Ya harus bisa menikmati apapun kondisinya. Termasuk saat berdesak2an seperti ini. Alhamdulillah bisa duduk sampai di Salatiga walaupun masih duduk terpisah, dan kami bisa duduk ber 3 setelah sampai Solo.
Selalu ada pembelajaran dalam setiap perjalanan kami. Bagaimana kami menyuguhkan pembelajaran untuk sang jagoan kami. Bisa tetap asik di mana saja dan dalam kondisi apa saja. Hidup sederhana bisa, dengan kemewahan tidak silau, gumunan. Kami masih punya keyakinan, belajar hidup rekoso jauh lebih susah daripada belajar hidup mewah. Jadi kalau hidup rekoso, sederhana bisa, maka InsyaaAllah hidup mewah gampang. Yang sering kami obrolkan dengan sang jagoan. Bahwa orang kaya adalah orang yang bebas menentukan pilihan hidupnya, BEBAS. Walaupun punya uang banyak, dia bebas mau ngapain aja. Naek bis patas bisa, tapi naek bis ekonomi juga nggak masalah, tetep oke.
Dengan berdiri berdesak2an, apalagi sampai berkali2 kena barang bawaan orang, membuat kami tahu enaknya duduk nyaman. Biasanya naek bus, pilih tempat duduk, nyaman dan tidur. Kali ini merasakan berdiri, berdesak2an. Jadi tahu enaknya duduk di tempat duduk beli makanan ala2 bus ekonomi. Tahu asin, lunpia,… seru seru. Ini salah satu yang paling menarik saat kami naek bus ekonomi. Banyak pedagang yang naek turun menawarkan barang dagangannya, sampai2 membuat sang jagoan terpukau, xixixi…