HATI HATI DENGAN MAKANANMU
Hati2 dengan makanan yang kamu makan
Hari ini hari libur, seperti biasa kalauhari libur, jadwal sang jagoan sangat padat, dia bakalan main sepanjang hari. Sejak dia membuka mata sampai adzan maghrib berkumandang.
Sebelum berangkat maen, dia selalu sarapan dan menyiapkan protokol bermain ala2 keluarga kami. Pagi ini menu yang terhidang sangat spesial, yaitu tempe goreng merica. Yap, makanan yang notabene tidak disukai sang jagoan. Drama2 banyak terjadi saat makan, dari minum di sela2 makan, break makan dengan berkeliling melihat kondisi halaman, bengong, dll. Intinya, makan sambil menghibur diri.
Kami memang menyengaja menyajikan makanan seadanya untuknya, walaupun itu adalah makanan yang tidak dia sukai, apakah kami tidak punya stock makanan lain? Jawabannya alhamdulillah ada di kulkas, tapi kami ingin dia bisa makan apa saja yang tersaji di depannya selama itu halal. Bukan kami ingin menyiksa dia dengan hal yang tidak disukainya, tapi kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi hidup di masa depan.
Dari aktivitas makan saja, banyak hal yang bisa dipelajari buat sang jagoan
1. Mempersiapkannya hidup dengan kondisi terburuk
Apakah kita yakin rejeki akan selalu berlimpah untuk membeli makanan yang enak. Doa yang terbaik tentulah selalu dipanjatkan untuk kebaikannya, tapi kondisi terburuk tetap dipersiapkan agar sang jagoan bisa hidup dalam kondisi apapun. Maka mempersiapkan dia kuat dengan kondisi terburuk adalah sebuah keharusan. Karena membiasakan hidup mewah pastilah jauh lebih mudah daripada menerima kondisi sederhana. Semoga sang jagoan bisa hidup dalam kondisi apapun dimanapun dia berada.
Jangan sampai anak kita mati gara2 tidak bisa makan kalau makanannya tidak enak, tidak mau makan kalau lauknya bukan daging, ayam, ikan.
2. Makanan yang kita makan masuk ke dalam tubuh kita
Hal sederhana yang sering saya tanyakan pada sang jagoan di saat dia malas makan gara2 tidak suka dengan lauknya adalah
“Apakah kamu akan membantu teman yang minta tolong kepadamu, padahal baru saja temanmu tsb mem bully kamu?”
Sebuah analogi sederhana untuk sang jagoan di saat dia menghina makanan yang akan dimasukkan ke dalam tubuhnya. Ingatlah bahwa makanan itu akan masuk ke dalam tubuhmu, dicerna di dalam dan nutrisi nya akan masuk ke darah dan dimanfaatkan tubuhmu untuk hidup.
Apakah jadinya kalau makanan yang kamu mintai tolong menyehatkan tubuhmu itu kamu hina sebelumnya dengan menyumpahi nya dengan kata2 yang tidak sepatutnya. Misalkan “Uuuhhhh makanan tidak enak, aku tidak suka”.
Apa jadinya makanan tersebut kalau masuk ke dalam tubuh kita?
Bukankah selayaknya kita memuliakan makanan yang akan kita makan dengan mensyukuri kehadirannya dan berdoa sebelum memakannya. Semoga Allah ridho, sehingga makanan ini masuk ke tubuh kita dan menjadikan tubuh kita sehat.
3. Mengajarkan menerima apa adanya (No Complain)
Mengacu pada pola didik jaman kecil mama papa nya dulu, cuma tanya “Makannya pakai lauk apa?” saja sudah dapat murka, belum lagi ditambah hukuman tidak dapat jatah makanan.
Apalagi sampai protes “Kok makanannya cuma ini doank?” atau “Kok lauknya cuma segini?” Wah pasti sudah seperti bencana besar. Hiiii… ngeri….
Maka kami mengajarkan untuk makan makanan apapun yang disediakan di meja. Tidak boleh banyak protes, apalagi komentar makanannya kurang manis lah, keasinan lah, dll. Sudah untung dimasakin, cuma tinggal makan saja. Kalau tidak terima dengan makanan yang sudah disediakan silahkan masak sendiri. Malah jadi meringankan pekerjaan yang masak. Tinggal makan saja kok kebanyakan protes.
Yang sering kami obrolkan dengan sang jagoan adalah, belum tentu kelak istrinya pintar memasak, kalau sedari kecil tidak dibiasakan makan apa adanya, tentulah keribetan akan terjadi di rumah tangga nya besok. Makan harus dimasak begini, tidak suka kalau dimasak begitu lah. Waaahhh…. pasti ribet. Nggak bisa membayangkan kalau punya suami yang kebanyakan mau. Maka tidak ada salahnya lah para suami memperingan pekerjaan istri. Kalau punya rejeki lebih sih oke2 saja beli makanan mateng, tapi kalau rejeki sedang pas pasan bagaimana?
4. Mengajarkan adab bertamu
Pernahkah menemui anaknya teman atau saudara yang banyak protes dengan makanan yang disajikan untuk mereka?
Bahkan sampai mereka mogok makan gara2 tidak cocok dengan lauk yang sudah capek2 disiapkan oleh tuan rumah….
Bagaimana perasaan kita saat menyaksikan peristiwa itu? Apakah merasa wajar karena memang masih anak2?
Kalau ternyata anak kita bersikap seperti itu saat bertamu bagaimana? Bagaimana reaksi kita?
Bagi kami, itu hal yang sangat fatal. Bisa jadi murka luar biasa kalau sampai jagoan kami melakukannya.
Tahukah kita bisa jadi makanan tsb adalah sajian terbaik di rumah mereka. Tuan rumah bahkan sudah memikirkan apa nih menu terbaik yang akan disajikan sebelum tamu datang. Bisa terbayang capek dan keringat yang terkucur gara2 harus menyiapkan makanan untuk tamu yang akan datang, dari belanja, masak, dll.
Belum lagi, mungkin saja rejeki mereka tidak banyak saat itu dan bersedia mereka korbankan demi memuliakan tamu. Mungkin bukan makanan mahal, tapi itu adalah yang terbaik yang bisa diberikan.
Bisa terbayang kalau sikap tamu yang datang mengecewakan, bagaimana perasaan sang tuan rumah?
5. Pastikan piringmu dalam keadaan bersih, karena bisa jadi keberkahan dari sepiring makanan yang kamu makan ada pada bulir nasi terakhir.
Lumayan menantang juga mengajarkan hal yang satu ini pada sang jagoan, karena banyak senior di sekitarnya menyisakan makanan di piring nya dan dibuang sia2. Pffffff….. piye jal???
Sedangkan jika sang jagoan makan bersama kami, wajib memastikan tidak ada satu bulir nasipun yang tersisa di piringnya sebelum diletakkan di tempat cucian piring.
Mau sombong menyisakan makanan kita yang akhirnya terbuang sia2? Jangankan sebulir nasi, setengah bulir pun kita tidak bisa menciptakannya. Belum lagi kalau dipikirkan cerita bagaimana sepiring nasi bisa sampai di meja makan kita? Dari proses mengolah tanah sawah, bibit, panen, distribusi, masak, dll , dsb. Seberapa panjang proses yang terjadi? Waaahhh panjang ceritanya.,,..
Sumber Artikel
Author: selfiaety