Hari ke 11 Petualangan Travelschooler, Bromo – Malang 2018

Hari ke 11;

Hari ini waktunya mendaki….

13 Maret 2018,

Bangun jam 3.00, siap2, bangunin sang Jagoan untuk berangkat. Kira2 jam 3.30 kami meluncur dari hotel, menembus dinginnya udara pagi menuju parkiran jeep. Sampai di sana, petugas yang kami mintai tolong dan sopir jeep suah menunggu. Langsung kami di serbu oleh penjual accesories Bromo : sarung tangan, tutup kepala, slayer, dll. Sebagai penglaris, kami membeli 2 pasang sarung tangan dan penutup kepala.

Mulailah kami naik jeep, jeep yang kami tumpangi berwarna hijau muda, katanya sih ini warna aslinya. Lumayan tua juga jeepnya. Tapi suara mesinnya masih cukup halus, berbahan bakat bensin. Sang Jagoan langsung berbinar saat jeep mulai mundur dari garasi. Dia langsung mengambil tempat di depan, dan duduk sendiri. Luar biasa semangatnya, berani dan PD. Walaupun masih agak mengantuk, tapi dia tetap bersemangat. Naik jeep seketika badan jadi hangat. Masuk area Bromo, kami membayar tiket masuk sekitar 100 rb untuk rombongan kami.

Perjalanan dimulai, kami menuju ke puncak paling atas (penanjakan 1), melewati spot sunrise yang cukup ramai juga dengan letak lebih rendah. Saya pikir, sepertinya kami terlalu pagi, karena masih sekitar hampir jam 4 pagi. Tapi ternyata sampai di penanjakan 1, huaaaa….. jeep sudah banyak yang parkir. Dan kami dapat tempat parkir yang lumayan jauh. Tapi masih oke lah untuk berjalan, ditengah udara dingin, kami berjalan ber 3 lengkap dengan sarung tangan, kaos kaki dan penutup kepala. Beberapa kali ditawari ojek sampai ke atas, tapi sedikit demi sedikit kami berjalan, sampai di sebuah warung kopi, dan kami memutuskan untuk membeli mie instan, khawatir juga dengan sang Jagoan yang perutnya masih kosong dan harus menembus dinginnya udara pagi gunung. Sambil menunggu mie goreng kami dimasak, kami diajak pemilik warung untuk menghangatkan diri di depan arang yang dibakar. Hmmmm…. lumayan hangat. Mie goreng matang dan kami segera makan. Walaupun uap panas masih mengepul, tapi tidak terasa panas sama sekali. Tapi kami harus menahan diri, terutama sang Jagoan, biar nanti tidak menyesal saat turun, karena lidah melepuh. Setelah sholat subuh di warung, kami melanjutkan perjalanan kami lagi. Walaupun tempat sholat yang tersedia sangat sempit dan kami harus sholat sambil duduk, tapi sudah Alhamdulillah kami bisa melaksanakan sholat subuh. Bayangan kami, pasti susah mendapatkan tempat sholat, karena penduduk di situ mayoritas beragama Hindu, dan menurut sopir jeep tadi, disarankan numpang sholat di warung2 sekitar. Walaupun ternyata di atas di dekat tempat menunggu sunrise, ada mushola yang antrinya sangat panjang.

Setelah mampir ke toilet, kami berjalan lagi. Lumayan menanjak dan jaraknya juga lumayan. Kami sampai di tempat menunggu sunrise. Sudah sangat ramai di sana. Kami mendapat tempat duduk yang lumayan nyaman. Sambil menenangkan sang Jagoan yang sudah mulai bosan menunggu. Baginya, menunggu sunrise sangat membosankan. Ternyata setelah sekian lama menunggu, sunrise tidak tampak pagi ini. Cuaca mendung. Walaupun kami sempat mendapatkan pemandangan yang lumayan bagus juga. Tapi masih Alhamdulillah, kami tidak bertemu hujan pagi ini, paling tidak, cuaca cukup nyaman buat kami, terutama buat Sang Jagoan. Mungkin ini isyarat buat kami untuk berkunjung lagi ke Bromo.

Setelah acara melihat sunrise selesai, perjalanan selanjutnya adalah menuruni gunung, menuju bukit telletubies, lautan pasir, kawah gunung bromo. Pertama adalah mengunjungi bukit telletubies yang paling jauh, foto2 di depan bukit yang di selimuti rumput2, seperti bukit tempat bermainnya tellletubies. Kemudian lanjut ke lautan pasir, walaupun dari tadi yang kami lewati adalah lautan pasir, tapi kami menyempatkan diri berhenti sebentar untuk berfoto yang sering disebut sebagai pasir berbisik, sama seperti judul film saja.

Lalu yang paling lama adalah berhenti di kawah bromo. Kalau dilihat dari parkiran jeep, sepertinya kami tidak mungkin sampai puncak, sangat jauh kalau dilihat, apalagi bayangin untuk melewatinya, sepertinya tidak mungkin. Tapi niatan kami adalah menikmati perjalanan kami menuju puncak, kalaupun kali ini nggak bisa sampai puncak juga tak apa, mungkin lain kali bisa sampai puncak. Berkali2 kami ditawari naik kuda, tapi kami tetap menolak. Perjalanan kami lewati sambil bermain pasir dengan sang Jagoan. Membuat goa2 kecil bersamanya, main longsor2an pasir, menggambar di pasir, melewati tanjakan2, sedikit demi sedikit perjalanan kami lewati, tanpa naik kuda.

Sampailah kami di anak tangga. Waaah tinggi sekali yang harus kami lewati. Mendung sudah mulai datang, agak cemas rasanya, membayangkan kalau harus berhujan2 di udara dingin begini. Lalu satu demi satu anak tangga terlewati, tiap 21 (sesuai tanggal lahir sang Jagoan) anak tangga kami berhenti, menghitung sebagai ulang tahunnya dia. 1, 2, 3, 4, 5….. tahun. Alhamdulillah, sampai puncak juga akhirnya. Kami melihat ke bawah, wah luar biasa jauh yang sudah kami lewati. Melihat parkiran jeep sangat jauh, jeep2 yang terparkir terlihat sangat kecil. Kami duduk2 sebentar di puncak, menikmati snack yang kami bawa. Melihat pencapaian kami yang sudah melewati jarak yang begitu jauh. Lalu sang Jagoan bilang, “Trus kita turunnya gimana? Jauh sekali menuju parkiran jeep”. Kami bilang ya nanti pelan2 pasti bisa, kalaupun capek, nanti kita naik kuda.

Waktunya turun gunung, setapak setapak kami lewati. Pas sampai di parkiran kuda, ternyata nggak ada kuda yang kosong, semua sudah dipesan. Ya sudah, berarti kami memang disuruh berjalan lagi sampai parkiran jeep. Perjalanan turun kami lewati sama seperti perjalanan naik tadi. Sambil bermain pasir. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di parkiran jeep. Kami termasuk rombongan terakhir yang turun. Dari sekian banyak jeep yang terparkir saat kami naik tadi, tinggal beberapa saja yang masih di sana.

Selesai sudah rangkaian safari wisata bromo nya. Waktunya pulang kembali ke hotel. Sesampai di parkiran jeep kira2 jam 11 siang, hujan mulai turun. Alhamdulillah kami ketemu hujan posisi sudah di sini. Lalu kami makan di warung deket parkiran jeep.

Pelajaran yang bisa kami ambil adalah belajar untuk menjadi “a home team”. Walaupun papa sudah sangat biasa mendaki gunung, dan baginya ini termasuk dalam kategori gunung yang mudah baginya, tapi bagi saya dan sang Jagoan, ini adalah gunung pertama kami untuk didaki. Papa harus menahan diri untuk tidak mendaki sendiri, rela bersabar menunggu kami yang harus tertatih2 mendaki. Sedangkan bagi kami, kami harus tetap berusaha dan tetap kuat agar bisa tetap mendaki.

Kira2 jam 12 siang, hujan sudah mulai reda. Kami melanjutkan perjalanan menuju hotel. Berkemas dan segera check out. Lalu perjalanan berlanjut menuju Malang. Malam ini kami bermalam di hotel di Malang. Perjalanan turun kami lewat jalan yang berbeda. Kali ini kami lewat Pasuruan, tenyata jalannya bagis, lebar dan tidak terlalu menanjak. Ternyata kami salah jalan pas berangkatnya. Perjalanan turun terasa berat, karena kami sudah capek dan ngantuk. Di tambah lagi sang Jagoan sudah tertidur pulas dari tadi. Mampir dulu makan kupang sebelum sampai di hotel. Kami sampai kira2 jam 5 sore.

Alhamdulillah. Mandi dan siap tidur….