Berpetualang di Solo, Jogja dan Pantai Gunung Kidul 1

25 Oktober 2018

Waktunya kami berpetualang lagi sambil kerja. Eh mungkin lebih tepatnya kerja sambil mbolang. Daerah yang menjadi tujuan penjelajahan kami kali ini adalah Solo – Jogja.

Seperti biasa pertama2 harus prihatin dulu. Ikut papa kerja dengan segala macam kondisinya. Amunisi tetap disiapkan sang jagoan untuk 3 hari ke depan. Ada tas militer yang isinya buku gambar dan perangkatnya, buku cerita, kartu KPK, ditambah tas tambahan yang isinya mainan mobil2an sampai truck2an mini. Siap untuk mengisi waktu selama menunggu dan mengatasi bosan.

Hari 1 kota tujuan kami adalah Solo. Berangkat sekitar jam 5 dan sampai di tujuan sekitar jam 9. Tepat waktu sesuai jadwal. Papa langsung kerja, sedangkan kami seperti biasa harus mencari tempat asik sendiri. Selama ini saya selalu bingung mau ngapain dan kemana kalau kami ada di tempat asing, tapi kali ini saya coba menu baru. Langsung buka google maps, lihat posisi dan nyari lokasi yang cocok untuk main. Agak kaget juga, ternyata sepanjanga jalan ini nggak ada minimarket sama sekali, padahal kalau ada lumayan tuh buat sekedar menunggu, duduk2 sambil beli ice cream. Yang ada hanya bengkel dan toko sparepart. Oke, harus segera diputuskan mau kemana, karena susah mencari tempat parkir disana dan mobil yang kami pakai dapat tempat yang panas. Huuaaaaah, harus segera keluar dari mobil ni. Ada 2 pilihan tempat yang terdekat dari lokasi papa kerja, taman yang jaraknya lebih dekat, dan ada mall yang jaraknya kurleb 1 km dari lokasi. Sang jagoan memilih mall untuk bermain, walaupun konsekuensinya, kami harus jalan kaki sejauh 1 km ke sana. Oke, dia sanggup dan berjanji tidak akan mengeluh.

Mungkin bagi sebagian orang sangat mudah menggunakan google maps untuk setiap aktifitasnya. Tapi bagi saya itu hal yang sangat menantang. Saya benar2 tidak bisa membaca peta. Ditambah gaptek yang sudah menahun, lengkap sudah. Daaannn berbekal cerita menghadang Harley dari bu Septi, saya memaksa diri untuk berani berpetualang. Pertama2 menentukan routenya, mau lewat jalan yang mana, dan memastikan kalau kami tidak salah belok. Ditengah suasana panas dan terik, sang jagoan tetap bersemangat melangkah, dengan harapan bisa menemukan playground yang asik di depan sana.

Alhamdulillah, ternyata saya tidak salah baca peta. Sampailah kami di tempat yang kami tuju. Sebagai penghilang panas dan haus, kami membeli ice cream dan minuman dingin di rumah makan cepat saji. Keringat sudah mulai hilang, siap bermain !!!! Mulai mencari playground di bawah, di atas, sampai kami muter2 di dalam mall itu ternyata playgroundnya tidak ada. Memang si, untuk ukuran mall di kota besar, mall ini termasuk sepi, banyak tempat yang kosong tidak terpakai. Bahkan toilet di lantai atas pun sudah tidak dipergunakan lagi.

Sang jagoan langsung lemas, yachh kok playgroundnya nggak ada. Percuma donk jauh2 jalan ke sini. “Ya ini konsekuensi nak, kan tadi ini pilihanmu sendiri. Jadi kita sama2 tidak tahu kondisinya, jadi ya ini resikonya”. Sambil berwajah kecewa, sang jagoan mau menerima resiko ini. Karena tadi sudah diobrolkan di awal, apapun yang terjadi nanti, tidak boleh mengeluh. Kamipun berjalan lagi menuju tempat kerja papa, karena mall nya tidak nyaman untuk menghabiskan waktu. Mau makan juga masih kenyang. Tadinya saya berpikir untuk naik becak pulangnya. Tapi untuk mengajarkan tentang konsekuensi dan kerja keras, kamipun jalan kaki. Seperti kata guru kami witting mulyo jalaran wani rekoso. Siap jalan….

Jarak 1 km untuk pulang lagi setelah tadi sudah melewati 1 km berangkatnya. Tetap berjalan dan sesekali berhenti duduk di trotoar, sampai akhirnya menemukan toko yang menjual minuman dingin. Wuaaahhh, lumayan untuk menghilangkan panas dan haus. Beberapa sruput dan siap jalan lagi. Sampai beberapa kali kami berhenti istirahat, sesuai dengan kemauan sang jagoan. Dia yang menentukan kapan berhenti dan kapan jalan lagi.

Alhamdululillah, sampai juga. Sempat menunggu papa di trotoar pinggir jalan. Mau nunggu di mobil, mobilnya panas sekali. Tak lama, terdengan adzan dzuhur, waaah sepertinya ada masjid di dekat sini. Ternyata benar, tak jauh dari tempat kami menunggu ada masjid di dalam gang. Kami sholat dzuhur dan beristirahat di situ. Eeee malah ketemu papa dan temannya yang mau sholat juga di situ.

Baru sekitar jam 2.30 papa selesai. Selanjutnya kami meluncur ke Jogja, malam ini rencananya mau menginap di sana karena besok pagi papa masih ada kerja di Jogja juga. Tapi sebelumnya, papa mengajak kami ke tempat yang pengen saya kunjungi. Kejutan,… saya diantar ke kebun kelengkeng. Kelengkeng itoh yang sudah heboh di internet, akhirnya kami bisa mengunjungi kebunnya juga. Dan ternyata kebun bibitnya tidak terlalu besar, Wuaaaa senengnya, ditambah bisa beli bibitnya pula. Kami membeli bibit yang paling murah @75.000. Untuk bibit yang sudah mulai berbuah, harganya berkisar 1 juta. Sik asikkk….. Dan ternyata kebun bibitnya tidak terlalu luas, mungkin ukurannya hanya 1 petak rumah, tapi penuh dengan bibit yang mayoritas adalah bibit kelengkeng. Dan ternyata hanya jualan bibit dengan lahan yang tidak terlalu luas saja bisa kaya. Pas kami di sana, mereka baru akan mengirim 500 bibit kelengkeng ke Kalimantan. Wah sudah terbayang tuh berapa omzet nya. Jos lah, sangat menginspirasi. Pelajaran yang bisa kami ambil kali ini adalah kalau kita bersungguh2, fokus pada suatu hal, maka akan sukses.

Akhirnya malam ini kami memutuskan untuk bermalam di rumah mas Avic, sekalian silaturahim ke sana.