Ada beberapa tahap dalam mengawal pendidikan seksualitas pada anak, usia 0 – 2 tahun (harus dekat dengan ibunya, karena masih dalam tahap menyusui), usia 3 – 6 tahun (pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya), usia 7 – 10 tahun (pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya. Anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya. Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya), usia 11 – 14 tahun (usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan (Lintas gender))
Sebanyak 90% pelaku kekerasan seksual pada anak adalah orang-orang terdekat, bahkan sebagian merupakan keluarga yang mengenal dekat korbannya. Penyimpangan fitrah seksualitas diakibatkan karena fitrah ini tidak mendapat saluran yang benar bahkan di kalangan para agamawan sekalipun. Mereka adalah orang yang sesungguhnya ingin hidup sepenuhnya melayani Tuhan pada awalnya, namun karena menyalahi fitrahnya maka kasus Pedofilia marak di kalangan rohaniawan ini. Hidup yang mengharamkan menikah atau sebaliknya pola hidup yang mengumbar seks, sama sama melahirkan penyimpangan seksual, diantaranya adalah pedofili, atau pelecehan seksual pada anak.
Anak adalah makhluk yang paling lemah dan mudah diperdaya sehingga menjadi korban penyimpangan seksual yang paling rentan dan mudah. Agar anak anak kita terhindar dari kasus penyimpangan fitrah seksualitas baik sebagai pelaku maupun sebagai korban yaitu dengan mendidik dan menumbuhkan fitrah seksualitas dan fitrah individualitas mereka harus dididik dan ditumbuhkan dengan sebaik baiknya melalui kelekatan yang mendalam bersama para orangtuanya sejak tahapan usia 0- Aqilbaligh di usia 15 tahun.
Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga anak-anak jauh dari pelecehan seksual:
1. jangan berharap bahwa anak dapat melindungi dirinya sendiri atau mampu serta-merta menceritakan pelecehan seksual yang dialaminya. Anak perlu dibantu untuk dapat melakukannya.
2. Mengembangkan komunikasi terbuka, dan percaya pada anak.
3. Berikan informasi pada anak mengenai mana bagian-bagian tubuhnya yang pribadi: jelaskan bagaimana dan siapa yang boleh menyentuh bagian tubuhnya.
4. Ajarkan anak cara membedakan sentuhan aman dan sentuhan tidak aman. Dan jika sentuhan tidak aman dialami anak, ajari mereka cara mencari pertolongan dan menghentikan pelaku
5. Kenali siapa saja teman anak serta awasi orang-orang yang bermain dengan anak kita.
6. Ajak anak berdiskusi tentang cara menjaga diri dan menjelaskan berbagai faktor resiko yang perlu dijauhi anak agar terhindar dari pelecehan seksual
7. Jaga koneksi internet anak bersih dari pornografi.
Tips untuk mencegah anak menjadi korban pelaku pedofilia:
1. Biasakan untuk mengikuti kata “tidak” dan “stop” dari anak. Misalnya saat ia menolak dicium atau minta berhenti saat digelitiki.
2. Contohkan anak sejak dini untuk membedakan bagian tubuh yang aman dan tidak aman untuk disentuh.
3. Biasakan anak untuk mempercayai intuisinya terhadap bahaya.
4. Latih secara spesifik kemampuan anak menghadapi bahaya di tempat umum.
5. Bangun secara perlahan jaringan sosial Jaringan ini bisa lebih dari satu orang yang ikut menjaga keamanan anak – seperti nenek dan kakak yang bisa menjadi tempat bercerita.
6. Ajarkan anak tentang rahasia, apa informasi yang boleh disembunyikan dari orangtua, dan mana yang harus diceritakan walaupun diminta seseorang untuk tidak membocorkannya.
7. Tumbuhkan disiplin diri anak tanpa ancaman dan sogokan.
8. Pelaku kekerasan biasanya orang yang dikenal, menggunakan teknik “perawatan” untuk mendekatkan diri ke anak dan orangtua.
Link materi yang ditemukan :
http://suarajakarta.co/lifestyle/mendidik-anak-sesuai-fase-dan-fitrah-seksualnya
https://www.wartapilihan.com/mendidik-fitrah-seksualitas-anak #fitrahseksualitas #learningbyteaching #bundasayangsesi11