Pulang Terlambat
Februari 2021
Kejadian mengharukan terjadi sore ini, belum pernah terjadi sebelumnya…
Sehabis ashar seperti biasa sang jagoan bermain bersama temannya, saya dan papanya pamit mau ke tempat kakung sebentar. Sampai di tempat kakung yang tidak jauh dari rumah, ternyata ada hal yang seru buat diobrolin ber 3. Tidak terasa sudah hampir jam 6 sore. Segera bergegas pulang, karena biasanya sang jagoan sudah harus ada di rumah saat adzan maghrib berkumandang. Yang terlupa oleh kami adalah, kami harus membeli kapur semut karena banyak semut di kasur sang jagoan.
Oke, mampir dulu ke minimarket biasa, dan ternyata antreannya lama… Adzan maghrib sudah berkumandang, dibarengi hujan yang lumayan deras. Tanpa berpikir panjang, kami langsung menerobos hujan. Daaannn….. sampai di rumah, sepeda sang jagoan tidak ada, kunci rumah masih tergeletak di tempat penyimpanan. Jika sebelumnya sang jagoan hanya menunggu kami di ujung gang atau di depan rumah sampai kami datang, kali ini tidak.
Seketika rasa khawatir langsung menghampiri, dia pasti nyusul ke tempat kakungnya. Langsung kami putar balik dan mencari sang jagoan, tujuan pertama kami adalah ke tempat kakung. Bayangan dan perasaan tidak enak tidak surut walaupun hujan deras mengguyur. Dimana jagoan kami, bagaimana dia menyeberang jalan besar sendirian, hujan, malam dan sendiri. Hati ini rasanya sudah setengah habis.
Dari kejahuan sebelum jalan raya, kami melihat samar2 ada anak naik sepeda sendirian. Sedikit rasa lega kami rasakan. Dan alhamdulillah, benar, itu adalah sang jagoan, dia kami temui dalam keadaan menangis. Tanpa pikir panjang, dia saya minta pindah naik motor bareng papanya, dan sepedanya saya naiki. Hujan deras masih mengguyur kami, tapi rasa lega dan plong sudah terasa. Sepeda saya kayuh di tengah hujan, sudah tidak perduli apapun bahkan ada mobil yang sengaja mengikuti di belakang tanpa menyalip. Mungkin di pikirnya ini emak2 gila atau gimana, masak sepedaan di tengah hujan2 gini. Susah seperti adegan di sinetron2 saja.
Sampai di rumah, sang jagoan mandi bareng papanya, lalu saya buatkan teh hangat dan mie rebus untuknya. Pelukan hangat untuk sang jagoan disertai permintaan maaf dari kami karena pulang terlambat. Dia pun masih ter isak2 teringat kejadian tadi.
Rasa bersalah, sedih, senang sekaligus bangga campur aduk.
Rasa bersalah karena pulang terlambat, biasanya sebelum adzan maghrib kami sudah sampai rumah.
Sedih mengingat saat2 bertemu dengan sang jagoan di tengah2 hujan deras, gelap, sambil menangis bersepeda sendirian.
Senang, bersyukur alhamdulillah jagoan kami baik2 saja. Dan bangga karena sang jagoan melakukan itu semua karena sangat perduli dengan orang tuanya. Cemas papa mamanya belum pulang padahal adzan maghrib sudah berkumandang. Dia rela menerobos hujan deras, melewati gelap yang sangat ditakutinya, nekat melewati jalan raya sendirian, hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya tanpa kami.
Banyak hal yang semakin kami tekankan untuk sang jagoan, karena dia lebih sering memilih untuk tinggal di rumah saja, daripada ikut kami keluar rumah, apalagi kalau cuma dekat dan sebentar. Dari apa yang harus dilakukan kalau papa mamanya pulang terlambat. Dari lebih baik menunggu di rumah saja sampai waktu tertentu, karena tidak pernah ada yang tahu ada hambatan apa di jalan.
Misalkan jalan macet, ban kempes, dll. Maka bukannya kami sengaja terlambat, tapi terkadang ada hal yang tidak terduga terjadi di jalan. Lalu lebih baik menunggu di tetangga yang membuatnya nyaman sampai kami datang. Kami memberikan alternatif pilihan hal2 apa saja yang bisa dia lakukan jika di rumah sendirian.
Point penting yang kami tekankan pada nya adalah, mama papa pasti pulang, kecuali Allah menentukan lain. Tidak mungkin mama papa sengaja meninggalkan kamu sendirian di rumah apalagi bersenang2 di luar sana tanpa mengajakmu. Ingat itu baik2 nak….Mama papa sayang adek
Sumber Artikel
Author: selfiaety